10 Vokalis Metal Terbaik (versi saya lagi)

Kalau saya ditanya instrumen musik yang bersuara paling indah, maka saya akan menjawab instrumen itu adalah vokal, tentu aja dengan catatan bahwa vokalnya bener (nggak kayak vokal saya).

Vokal yang baik akan sulit ditiru, contohnya kalau diadakan tribute menyanyikan ulang lagu Metallica: Seek and Destroy. Banyak gitaris/drummer/bassist yang mampu memainkannya sama persis, tetapi sulit menyamai vokal James Hetfield, padahal perhatian utama pasti terletak pada vokalnya. Vokalis lain mungkin memiliki teknik vokal yang lebih baik dari Hetfield, tetapi belum tentu terdengar akan lebih bagus dibandingkan versi aslinya.

Tantangan sebenarnya adalah mematahkan chemistry vokal Hetfield yang terlanjur melekat pada lagu itu, dan itu bukan hal yang mudah.

Cukup dengan introduction, sekarang saya perkenalkan 10 vokalis metal terbaik menurut versi saya (jadi jangan protes ya) ... dimulai dari yang paling bontot:

10. Andi Deris

http://www.metallibrary.ru/bands/discographies/images/andi_deris/photos/andi_deris_01.jpg

Vokalis Helloween ini memiliki suara yang khas, serak sekaligus cempreng, sejauh pengamatan saya, yang tidak menyukai vokal Deris terbagi atas dua kubu, yang pertama adalah kubu pengagum vokalis yang memiliki lengkingan high and clean, seperti Timo Kotipelto, Geoff Tate, dan tentu saja Michael Kiske. Mereka menganggap Andi Deris tidak pantas menggantikan Michael Kiske sebagai vokalis Helloween. Ngancurin lagu Helloween aja, gitu kata mereka kalau lagi kejam mode on.

Kubu kedua adalah kubu fans vokalis bersuara serak dan gagah, pengagum Ronnie James Dio, Eric Adams, dan lain-lain yang memiliki suara gahar. Mereka akan menganggap vokal Deris lembek, serak kok cempreng, cempreng kok serak.

Padahal, kehebatan Deris adalah mampu menyanyikan lagu ballad, hard rock, dan power metal dengan style yang khas, ia dapat bernyanyi dengan suara serak maupun clean, bisa sangar dan bisa lembut. Andi Deris juga rajin berimprovisasi, bahkan pada album Gambling With The Devil, Deris meniru style lengkingan Rob Halford dalam lagu Kill It. Lagu lain yang memamerkan kepiawaian vokal Andi Deris antara lain adalah The King for a 1000 years, Pleasure Drone, Push, Falling Higher, Why, dan seterusnya.

9. Benjamin Sotto

http://userserve-ak.last.fm/serve/252/2973880.jpg

Vokalis band power metal asal Prancis: Heavenly. Vokal Benjamin Sotto sangat nge-Kai Hansen (dari Gamma Ray), tetapi teknik vokal Ben Sotto lebih baik dibandingkan Kai Hansen (maaf untuk fans Kyai Hansen, saya juga suka kok vokal Kai Hansen), tetapi tidak asal menjiplak, karena karakter vokal Sotto memiliki karakter yang berbeda dengan Kai Hansen.

Eksplorasi vokal Sotto didukung oleh musik, melodi, dan harmoni vokal Heavenly yang asyik, banyak line-line vokal Sotto yang memorable.

8. Ralf Scheepers

http://i34.photobucket.com/albums/d103/MANOWAR133/RalfScheepers.jpg

Vokal Ralf Scheepers bersinar cemerlang saat ia bergabung dengan Gamma Ray, lagu-lagu Gamma Ray mengeksplorasi vokal Scheepers dengan maksimal, dengarkan saja lagu seperti Lust For Life, atau lagu ballad The Silence. Scheepers sangat terinspirasi oleh Rob Halford, setelah Scheepers membentuk band sendiri yaitu Primal Fear, vokal dan imagenya (yang ikut-ikutan botak ala Halford) seolah-olah terus dibawah bayang-bayang Rob Halford. Sangat disayangkan karena potensinya sebenarnya mampu menciptakan image yang berbeda dan tidak kalah dengan Rob Halford.

7. Andre Matos

http://www.avopolis.gr/metal/features/Andre%20Matos_2.jpg

Vokalis asal Brazil yang luar biasa, lengkingannya bersih dan kuat, dan memiliki warna vokal yang indah, Andre Matos menunjukkan kepiawaiannya di band power metal Viper, lalu Angra, Shaaman, dan juga album solonya. Lagu seperti Carry On dan Evil Warning adalah segelintir bukti keindahan vokalnya.

6. Eric Adams

http://www.moto.kiev.ua/users/virago79/Fotki/Manowar_Eric_Adams.jpg

Dalam dunia heavy metal, mungkin sukar dipilih vokalis mana yang memiliki lengkingan paling sakti, tetapi kalau disuruh memilih vokalis yang mampu menahan teriakan paling lama, maka Eric Adams dari Manowar adalah pemenangnya, mungkin tidak ada vokalis yang mampu menyanyikan Black Wind, Fire and Steel seperti Eric Adams.

Tidak hanya itu, Eric Adams juga mampu menyanyikan lagu ballad dan lagu klasik dengan sempurna. Eric Adams merupakan salah satu vokalis yang memiliki semuanya: power, range suara yang ajubileh, ciri khas, sampai teknik vokal yang matang. Terlepas dari kosa katanya yang minim karena hanya berkisar antara Steel, Fire, Fight, Power, Die, Metal, atau Kill, dalam lagu-lagu Manowar.

5. Bruce Dickinson

http://images.starpulse.com/Photos/Previews/Bruce-Dickinson-np02.jpg

Salah satu icon metal yang sudah menjadi legenda. Vokalis Iron Maiden ini terkenal dengan daya jelajah vokalnya yang luar biasa. Mau nyanyi operatic seperti di Seventh Son of a Seventh Son, nyanyi lagu bertempo cepat yang membuat lidah terlilit seperti Hallowed Be Thy Name, apalagi lagu ballad, metal, rock, semua dilahap habis dengan mudah oleh si Air Raid Siren ini. Jeritan Dickinson juga bervariasi, dari jeritan setan seperti di lagu The Number of the Beast, sampai jeritan tercekik seperti di Run to the Hills.

Hanya saja, tidak semua orang menyukai warna suara Bruce Dickinson.

4. W. Axl Rose

http://www.bestweekever.tv/bwe/images/2008/03/Axl%20Rose.jpg

Di daftar vokalis terbaik ini, Axl Rose satu-satunya vokalis yang tidak berasal dari genre Heavy/Power Metal. Sebenarnya bukan berarti vokalis genre selain Heavy/Power Metal rata-rata jelek ataupun sebaliknya, tetapi memang kebanyakan vokalis akan terlihat eksplorasi vokalnya jika sudah sanggup bernyanyi dengan tempo rapat, cepat, bervoltase tinggi, dengan demikian tingkat kesulitan vokal lebih tertantang. Asalkan tetap mampu menghasilkan vokal yang baik saat voltase lagu diturunkan.

Ibarat kata lebih mudah bagi kita percaya Rob Halford mampu menyanyikan lagu Livin’ on a Prayer-nya Bon Jovi daripada membayangkan Jon Bon Jovi mampu menyanyikan lagu Painkiller-nya Judas Priest, kan?

Kembali ke Axl Rose, vokalis ini berbeda dengan vokalis band seangkatan atau sealiran seperti Jon Bon Jovi, Bret Michaels dari Poison, Joey Tempest dari Europe, bahkan dibandingkan dengan salah satu vokalis tenar: Sebastian Bach ex-Skid Row (hmm statement yang akan mengundang kemarahan fans Sebastian Bach, hati-hati loe, Joko!).

Ya, vokal Axl Rose yang sekilas seperti nyanyi seenaknya sebenarnya justru bernyanyi dengan tingkat kesulitan yang luar biasa. Bernyanyi ala Axl Rose juga sangat melelahkan, apakah Anda pernah mendengar suara Axl Rose berbicara? Sangat jauh berbeda dengan suara yang biasa kita dengar di lagu-lagu GNR, suara Axl Rose yang wajar kurang lebih mirip dengan vokalnya di lagu It’s So Easy atau Mr. Brownstone, artinya di lagu lain seperti Welcome to the Jungle, You Could Be Mine dan seterusnya yang menjadi trade marknya, Axl menggunakan suara yang sengaja ditinggikan dan serak, jangan heran kalau di panggung suaranya sering hancur-hancuran.

Kreativitas Axl Rose juga hebat, tidak banyak vokalis yang bisa menciptakan melodi vokal yang akrobatik seperti pada ending Sweet Child O’ Mine, atau Rocket Queen yang indah itu.

3. Midnight

Midnight menunjukkan kedahsyatan vokalnya terutama pada dua album pertama Crimson Glory, yaitu Crimson Glory dan Transcendence. Sayangnya pada album ketiga Crimson Glory yang berjudul Strange and Beautiful, musik Crimson Glory benar-benar berubah menjadi strange but not beautiful (for my ears), dan eksplorasi vokal Midnight sebagai vokalis metal menjadi sangat berkurang.

Cerita yang mirip dengan Michael Kiske, mereka berdua memang vokalis metal yang sudah tidak doyan metal.

Pertama saya mendengar vokal Midnight adalah pada lagu berjudul AzraelHeart of Steel di radio sekitar tahun 1986 atau 1987 (yang kemudian saya rekam di kaset), nada tinggi dapat dicapainya dengan mudah dan penuh power, sedikit banyak mengingatkan pada lengkingan Rob Halford. Tetapi yang paling istimewa adalah karena vokal Midnight sangat emosional, buat saya ini tahap tertinggi yang harus dicapai vokalis tulen, bagaimana menjiwai lagu tersebut sehingga lagu itu sendiri identik dengan sang vokalis.
dan

2. Geoff Tate

Vokalis kelompok Queensryche, jangan tertipu dengan suara berat Geoff Tate, karena suaranya mampu melengking tinggi dengan gagahnya seperti pada lagu Take Hold of the Flame.

Tentunya bukan cuma itu, teknik vokalnya yang matang dan aksen khasnya ikut memberi keunikan pada lagu-lagu Queensryche. Sayangnya, Queensryche belum mampu mengulang keberhasilan lagu-lagu tempo dulunya yang penuh power, padahal vokal Geoff Tate masih mampu diforsir (walaupun tidak semaksimal dulu lagi).

1. ...and the winner is ... MICHAEL KISKE

http://www.pippinsong.com/assets/images/db_images/db_Kiske1.jpg

Anak ajaib yang menggemparkan saat menggebrak dunia power metal bersama Helloween dengan album Keeper of the Seven Keys Part 1 (1987), dilanjutkan Keeper of the Seven Keys Part 2 (1988). Michi (panggilan akrab Kiske) yang waktu itu baru berusia 20 tahun sudah mampu menyanyikan lagu-lagu Helloween dengan spektakuler, salah satunya adalah lagu Keeper of the Seven Keys, di mana pada bagian akhir Michi memamerkan lengkingan indahnya dengan penguasaan vokal yang sempurna.

Album Live in the UK (1989) menunjukkan kualitas vokal Michi di atas panggung yang sangat prima, Helloween mengawali kelahiran genre power metal di saat era glam metal (GNR, Bon Jovi, Skid Row, Poison, dan lain-lain) sedang hangat-hangatnya.

Tak disangka, Michi kemudian meninggalkan dunia persilatan heavy metal, walaupun sesekali masih tampil juga mengisi suara untuk Gamma Ray, Avantasia, Tribuzy, Place Vendome, dan Revolution Renaissance, yang masih memperlihatkan kualitas vokal Michi.

Vokalis-vokalis lain yang juga TOB tetapi maaf tidak masuk dalam best vocalist versi saya antara lain adalah Rob Halford, Tim “Ripper” Owens, James LaBrie, Tom Malicoat, Timo Kotipelto, Michael Vescera, Mili Matijevic, David Coverdale, Sebastian Bach, Michael Sweet, dan masih banyak lagi deh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Cinta dan Persahabatan

Sahabat yang sejati adalah dia yang siap menghampiri dirimu disaat seluruh dunia berpaling darimu.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata 'aku lupa..' Menunggu selamanya ketika kamu berkata 'tunggu sebentar'. Tetap tinggal ketika kamu berkata 'tinggalkan aku sendiri'. Membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan belum berkata 'bolehkah saya masuk?'

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya, adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia. Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata 'aku turut berbahagia untukmu'.

Apabila cinta tidak bertemu, bebaskan dirimu, biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi, kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi ingatlah, melepaskan bukan akhir dari dunia melainkan awal suatu kehidupan baru.

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? ketika kita menangis? ketika kita membayangkan? Ini karena hal terindah di dunia tidak terlihat.

Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan Cinta.

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan, tapi melepaskan bukan akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru, kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah dan tengah mencari, dan mereka yang telah mencoba.
Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada, cintamu akan tetap dihatinya, sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kau buat.

Mencintai juga bukanlah bagaimana kamu melupakan dia bila ia berbuat kesalahan, melainkan bagaimana kamu memaafkan, bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti, bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa, bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu bertahan.

Lebih menyakitkan menangis dalam hati dari pada menangis tersedu atau mengadu, air mata yang keluar dapat dihapus, sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka dihatimu yang sulit bahkan tidak akan pernah hilang.

Sayang dalam cinta, kita sangat jarang peduli, tapi ketika cinta itu tulus, meskipun kau acuhkan, cinta tetap mulia, dan kamu seharusnya berbahagia, hatimu dapat mencintai seseorang yang kau sayang.

Mungkin akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

Namun bila pun kau benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia, bila dia tak membalasmu, barangkali dia tengah ragu dan mencari, jangan percaya bahwa melepaskan berarti kamu benar-bernar mencintai tanpa suatu balasan, mengapa tak berjuang demi cintamu? mungkin itulah cinta sejatimu.

Kadang kala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cinta padamu, karena kau takut berpaling dan memberi jarak, dan bila ia suatu saat pergi, kau akan menyadari ia adalah cinta yang tidak kamu sadari.

Maka mengapa kau tak mengungkapkan cintamu, bila kau memang mencintainya, meskipun kau tak tahu apakah cinta itu ada juga padanya?

Cinta Sejati atau Cinta Buta?

Saat kamu merasakan cinta sejati, kamu menyayangi seseorang apa adanya, memahami kekurangannya dan menutupi kelemahannya sambil melihat sisi terbaiknya.
Saat kamu cinta buta dengan seseorang, kamu menganggapnya dia begitu sempurna hingga menutupi seluruh kekurangan yang ada pada dirinya.

Hmmm...
Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya perbedaan antara Cinta Buta dan Cinta Sejati itu tipiiissss banget ya?

Saat kamu mencintai seseorang begitu dalamnya, kemungkinan besar kamu akan mencoba memahami kekurangannya.
Di saat itu.. apakah kamu mencintainya secara buta atau memang hanya mencintai dia apa adanya?

Saat dia melakukan kesalahan dan kamu memaafkannya, karena namanya manusia memang tak pernah lepas dari kesalahan, apakah itu berarti mencintainya secara buta atau mencintai apa adanya?

Saat hadir seseorang yang lebih baik darinya, namun tak juga kamu berpaling dari sang kekasih, apakah itu berarti mencintai apa adanya atau mencintai secara buta?

Atau saat kamu menganggapnya begitu sempurna sehingga tak ada yang mampu menggantikan kehadirannya, apakah itu berarti mencintai apa adanya atau mencintai secara buta?

Sampai sejauh mana kita bisa mencintai apa adanya tanpa harus membutakan mata?

Apakah mungkin seseorang mencintai apa adanya tanpa menjadi buta? Ataukah mencintai secara buta berarti juga mencintai apa adanya?

Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang, tetapi ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kamu tetap menang hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang lebih dari kamu mencintai dirimu sendiri.

Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang paling menyakiti hatimu dan kadang kala, teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tentang Zodiak

Ramalan Bintang Termasuk Ilmu Nujum/Perbintangan

Zodiak adalah tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Zodiak yang dikenal sebagai lambang astrologi terdiri dari 12 rasi bintang (Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces). Zodiak ini biasa digunakan sebagai ramalan nasib seseorang, yaitu suatu ramalan yang didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak (disarikan dari website Wikipedia). Dalam islam, zodiak termasuk ke dalam ilmu nujum/Perbintangan.

Ramalan Bintang Adalah Sihir

Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, apabila bertambah ilmu nujumnya maka bertambah pulalah ilmu sihirnya.” (HR Ahmad dengan sanad hasan). Hadits ini dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa ilmu nujum (yang termasuk dalam hal ini adalah ramalan bintang) merupakan bagian dari sihir. Bahkan Rasulullah menyatakan bahwa apabila ilmu nujumnya itu bertambah, maka hal ini berarti bertambah pula ilmu sihir yang dipelajari orang tersebut. Sedangkan hukum sihir itu sendiri adalah haram dan termasuk kekafiran, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (Qs. Al Baqarah: 102)

Ramalan Bintang = Mengetahui Hal yang Gaib

Seseorang yang mempercayai ramalan bintang, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat selain Allah yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Dia. Allah berfirman yang artinya: “Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Qs. An Naml: 65). Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya yang artinya “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman: 34). Klaim bahwa ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah adalah kekafiran yang mengeluarkan dari islam.

Ramalan Bintang = Ramalan Dukun

Setiap orang yang menyatakan bahwa ia mengetahui hal yang gaib, maka pada hakikatnya ia adalah dukun. Baik dia itu tukang ramal, paranormal, ahli nujum dan lain-lain. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ust Abu Isa Hafizhohullah) Oleh karena itu, ramalan yang didapatkan melalui zodiak sama saja dengan ramalan dukun. Hukum membaca ramalan bintang disamakan dengan hukum mendatangi dukun. (Kesimpulan dari penjelasan Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dalam kitab At-Tamhid).

Hukum Membaca Ramalan Bintang

Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:

Jika ia membaca zodiak, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut. maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah “Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)

Jika ia membaca zodiak kemudian membenarkan ramalan zodiak tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.” (Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad dan Hakim).

Jika ia membaca zodiak dengan tujuan untuk dibantah, dijelaskan dan diingkari tentang kesyirikannya, maka hukumnya terkadang dituntut bahkan wajib. (disarikan dari kitab Tamhid karya Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dan Qaulul Mufid karya Syeikh Utsaimin dengan sedikit perubahan).

Shio, Fengshui, dan Kartu Tarot

Di zaman modern sekarang ini tidak hanya zodiak yang digunakan sebagai sarana untuk meramal nasib. Seiring dengan berkembangnya zaman, ramalan-ramalan nasib dalam bentuk lain yang berasal dari luar pun mulai masuk ke dalam Indonesia. Di antara ramalan-ramalan modern impor lainnya yang berkembang dan marak di Indonesia adalah Shio, Fengshui (keduanya berasal dari Cina) dan kartu Tarot (yang berasal dari Italia dan masih sangat populer di Eropa). Kesemua hal ini hukumnya sama dengan ramalan zodiak.

Nasib Baik dan Nasib Buruk

Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, jika ukhti renungkan, maka sesungguhnya orang-orang yang mencari tahu ramalan nasib mereka, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan mereka menginginkan nasib yang baik dan terhindar dari nasib yang buruk. Akan tetapi, satu hal yang perlu kita cam dan yakinkan di dalam hati-hati kita, bahwa segala hal yang baik dan buruk telah Allah takdirkan 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, sebagaimana Nabi bersabda “Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim). Hanya Allah yang tahu nasib kita. Yang dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hal yang baik dan terhindar dari hal yang buruk, selebihnya kita serahkan semua hanya kepada Allah. Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Qs. Ath Thalaq: 3). Terakhir, ingatlah, bahwa semua yang Allah tentukan bagi kita adalah baik meskipun di mata kita hal tersebut adalah buruk. Allah berfirman yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216). Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa apabila kita mendapatkan suatu hal yang buruk, maka pasti ada kebaikan dan hikmah di balik itu semua. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Adil terhadap hamba-hambaNya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Apakah komputer NASA berhasil membuktikan hari terpanjang Yosua?

Sekalipun kita percaya tentang kebenaran Alkitab akan hari terpanjang Yosua, namun klaim tentang NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) telah berhasil membuktikannya merupakan isapan jempol belaka.

Sebenarnya, klaim bahwa perhitungan astronomi telah membuktikan akan hari yang hilang tersebut telah berlangsung dari beberapa abad yang lalu. Namun dalam beberapa dekade terakhir ini, hal ini berkembang menjadi bahwa komputer NASA telah berhasil membuktikannya.

Tak ada seorangpun yang berhasil menyediakan bukti akan perhitungan tersebut - tentang bagaimana hari yang hilang itu ditemukan? Padahal hal inilah yang paling banyak orang ingin mengetahuinya. Bagaimana mungkin kita bisa mengetahui hari yang hilang itu kecuali kita mempunyai referensi tanggal yang tetap mengenai hari itu?

Faktanya kita harus melakukan pengecekan antara pencatatan astronomi maupun sejarah untuk mendeteksi akan adanya hari yang hilang tersebut. Bahkan untuk mendeteksi selisih waktu 40 menit diperlukan referensi yang akurat untuk menentukan perbedaan menit tersebut.

Adalah benar untuk mengetahui kapan dan dimana gerhana matahari terjadi ditentukan secara tepat. Tapi catatan kuno tidak mencatat waktu secara akurat, karena itu untuk melakukan pengecekana adalah suatu hal yang mustahil. Walaupun demikian sejarah mula-mula telah mencatat akan adanya gerhana matahari pada tahun 1217 SM, dua abad setelah Yosua

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Indosat Kembangkan BTS Energi Alternatif

ndosat Kembangkan BTS Energi Alternatif

JAKARTA—Indosat melakukan ujicoba secara komersial energi alternatif untuk base transceiver station (BTS). Ujicoba berlangsung di dua site BTS, masing-masing Site BTS Girisari, Uluwatu, Bali dan site BTS Labuan, Lombok. Pada ujicoba ini, Indosat bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT LEN Industri (Persero).

Sumber energi untuk mengoperasikan BTS di kedua site tersebut menggunakan sinar matahari, angin dan biofuel yang berbahan bakar kelapa sawit dan biji jarak. Saat ini energi untuk mengoperasikan BTS umumnya menggunakan listrik. Namun di banyak daerah tidak tersedia pasokan listrik, operator kemudian memanfatkan genset dengan bahan bakar solar sebagai pengganti listrik.

Keterbatasan listrik, telah mendorong kalangan vendor teknologi dan juga operator seluler mengembangkan sumber energi alternative untuk pengoperasian BTS. Berbagai ujicoba telah dilakukan, misalnya Nokia-Siemens melakukan ujicoba BTS dengan menggunakan tenaga energi surya.

Direktur Utama Indosat, Johnny Swandi Sjam menyatakan bahwa dengan melakukan ujicoba komersial BTS energi alternatif, Indosat mempelopori penggunaan tenaga surya, tenaga angin dan sekaligus biofuel. ‘’ Kami menyadari pentingnya mencoba energi alternatif bagi BTS yang membutuhkan pasokan energi selama 24 jam penuh untuk dapat terus memberikan layanan telekomunikasi seluler bagi masyarakat,’’ kata Johnny, kemarin, di Jakarta.

Johnny menambahkan nisiatif ini dilakukan untuk menguji pemakaian alternative energi untuk menjamin kelangsungan pelayanan telekomunikasi sekaligus bentuk kepedulian kami untuk mewujudkan lingkungan yang bersih. ‘’Disamping itu kami bangga dapat bekerja sama dengan institusi anak negeri terkemuka, ITB dan Lembaga Elektonika Nasional (LEN), untuk bersama-sama mengembangkan program ini, ” papar Johnny Swandi Sjam.

Peresmian ujicoba dilakukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, didampingi Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar dan Direksi Indosat. Pada hari yang sama digelar IWIC yang saat ini diluncurkan untuk tahun ke tiga. IWIC merupakan program kompetisi inovasi berskala nasional dalam penerapan teknologi wireless (tanpa kabel), yang dapat diaplikasikan untuk membantu aktifitas sehari-hari maupun sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas.

Berbeda dengan dua penyelenggaraan sebelumnya, ajang IWIC 2008 ini diselenggarakan dalam 2 kategori yaitu IWIC for All dan IWIC for School. IWIC for All atau IWIC untuk kita semua, mengkompetisikan inovasi dalam pengembangan perangkat lunak di teknologi nirkabel yang aplikatif. IWIC for All ini dibagi lagi menjadi 2 kategori, pertama kategori Pengembangan Software Aplikasi Solusi berbasis wireless “Fun and Easy” dan kedua kategori “Wireless Innovative Beyond”.

IWIC for School merupakan kategori baru, yaitu IWIC untuk sekolah, kompetisi antar sekolah dalam memanfaatkan teknologi broadband untuk mendukung proses belajar mengajar, yang diajukan dalam bentuk proposal program. Sekolah yang berhasil menjadi pemenang akan mendapatkan hadiah berupa akses broadband Indosat tanpa biaya beserta laptop, USB Modem dan perangkat lainnya termasuk pelatihan dalam bidang IT. tar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

Sikap yang negatif terhadap sesuatu, disebut prasangka. Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam dalam pengertian positf. Tulisan ini lebih banyak membicarakan prasangka dalam dalam pengertian negatif.Tidak sedikit orang-orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar untuk berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok? Tampaknya kepribadian dan intelekgensia, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.

Namun demikian belum jelas benar ciri-ciri kepribadian mana yang membuat seseorang mudah berprasangka. Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensi tinggi, lebih sukar untuk bersikap berprasangka. Mengapa? Karena orang-orang macam ini bersifat dan bersikap kritis. Tetapi fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam jajaran kaum cendekiawan, juga para pemimpim dan negarawan juga bisa berprasangka. Bahkan lahirnya senjata-senjata antarbenua (Inter Continental Balistic Missile - ICBM) adalah suatu buah pransangka yang berlebihan dari para pemimpin, negarawan negara-negara adikuasa (superpower)? Bukankah pemasangan rudal-rudal jarak pendek milik Amerika Serikat di daratan Eropa Barat adalah suatu manifestasi dari prasangka Amerika Serikat terhadap rivalnya yaitu Uni Sovyet? Kondisi lingkungan/ wilayah yang tidak mapan pun cukup beralasan untuk dapat menimbulkan prasangka suatu individu atau kelompok sosial tertentu.

Dalam kondisi persaingan untuk mencapai akumulasi materiil tertentu, atau untuk meraih status sosial bagi suatu individu atau kelompok sosial tertentu, pada suatu lingkungan/wilayah di mana norma-norma dan tata hukum dalam kondisi goyah, dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tidak dapat dipisahkara.

Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminatif. Di Indonesia kelompok keturunan

Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi warga negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dari jalan fikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan dibuat pukul rata sebagai sifat dari seluruh anggota kelompok sosial tertentu. Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suatu suku bangsa, kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan sosial yang lebih luas. Suatu contoh: beberapa peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja, sering menjadi luas, melibatkan sejumlah orang. Akan menjadi lebih riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas, sehingga melibatkan orang-orang di suatu wilayah tertentu, yang diikuti dengan tidakan­tindakan kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil.

Contoh-contoh lain: Prasangka diskriminasi ras yang berkembang di kawasan Afrika Selatan dan sekitarnya membuat kawasan ini selalu bergolak. Konflik-konflik antarsuku, antar ras tak dapat dihindarkan. Lebih jauh antara kelompok minoritas kulit putih dengan kekuasaan dan kekuatan bersenjata yang lebih tangguh, saling baku hantam dengan kelompok mayoritas orang­orang kulit hitam. Tindak kekerasan di Afrika Selatan jelas-jelas merupakan manifestasi dari pertentangan sosial yang berlarur-larut. Tinadakan kekerasan yang sudah diambang eksplosif itu, sebagai akibat dari pengendalian eksternal dari masing-masing golongan yang bertentangan begitu lemah. Grimshaw melukiskan hubungan antara prasangka, diskriminasi, ketegangan dan kekerasan sosial-terpampang dalam sebuah bagan pada halaman 43.

Prasangka yang begitu mendalam antara orang-orang Israel dengan orang­orang Arab di Timur Tengah berkembang menjadi pertentangan sosial, akhirnya meledak menjadi perang Arab-Israel, tahun 1967. Setelah perang usai permasalahannya masih berkepanjangan, dan tak kunjung selesai. Contoh yang faktual lain berkisar pada awal tahun 1985.

Orang-orang Papua Nigini sebagai tetangga terdekat Republik Indonesia di ujung Timur, pernah berprasangka bahwa warga negara Indonesia yang melintasi tapal batas Indonesia-Papua Nugini, diorganisasi oleh orang-orang Indonesia, dengan tujuan lebih jauh untuk ekspansi? Fakta dilapangan memang meyakinkan bahwa terdapat ribuan orang dari Provinsi Irian Jaya masuk ke wilayah teritorial Republik Papua Nugini.

Oleh sebab itulah orang-orang Papua Nugini boleh jadi dan cukup beralasan untuk berprasangka yang bukan-bukan. Bahkan bisa jadi ribuan pelintas batas dari Provinsi Irian Jaya itu ditafsirkan sebagai awal dari gerakan ekspansi Republik Indonesia ke wilayah teritorial Republik Papua Nugini, karena mereka telah termakan issu ekspansi Indonesia.

Berdasarkan pengusutan dan penelitian dengan seksama, jelas-jelas diketahui ada ribuan warga negara Indonesia yang melintasi tapal batas In­donesia-Papua Nugini, masuk kewilayah Papua Nugini. Akibat dari itu Pemerintah Papua Nugini cukup repot untuk memberi makan minum, obat­obatan dan harus menyediakan tempat-tempat penampungan. Pendek kata, Pemerintah Papua Nugini telah mengeluarkan biaya cukup besar.

Setelah hasil pengusutan dan hasil penelitian dipelajari dengan seksama oleh Pemerintah Indonesia, ternyata terdapat perusuh dan pembangkang terhadap Pemerintah Indonesia.

Selebihnya mereka terpaksa melintasi perbatasan karena hasutan dan ancaman dari kaum perusuh.

Kaum pembangkang/kaum perusuh itu berlindung dalam organisasi Papua Merdeka? Lewat organisasi gelap Papua Merdeka itu, dengan kesederhanaan dan keterbatasan nalarnya, mereka bermimpi dan berprasangka akan dapat membangun negara Papua Merdeka di atas negara yang syah, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melalui perundingan demi perundingan yang dilakukan dengan niat dan sikap terbuka antara kedua pejabat Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Papua Nugini, untuk mencapai penyelesaian yang tuntas. Akhirnya masalah lintas batas Indonesia-Papua Nugini menjadi cair. Semua warga negara Indo­nesia pulang kembali ke pangkuan ibu pertiwi, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rasa curiga dan prasangka orang-orang Papua Nugini berubah dan berkembang menjadi rasa saling pengertian, rasa kebersamaan yang mendalam, dalam hidup berdampingan antar tetangga dekat.

1.1. SEBAB-SEBAB T1MBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

(a) Berlatar belakang sejarah.

Orang-orang kuli putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap
orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa

orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak. Walaupun reputasi dan prestasi orang-orang Negro dewasa ini cukup dapat dibanggakan, terutama dalam bidang olah raga, akan tetapi prasangka terhadap orang-orang Negro sebagai biang keladi kerusuhan dan keonaran belum sirna sampai dengan generasi-generasi sekarang iM.

(b) Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio - kultural dan situasional.

Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain, atau terhadap kelompok sosial tertentu manakala terjadi penurunan status atau terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh pimpinan Perusahaan terhadap karyawannya.

Pada sisi lain prasangka bisa berkembang lebih jauh, sebagai akibat adanya jurang pemisah antara kelompok orang-orang kaya dengan golongan orang-orang miskin.

Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang tidak halal.

Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.

(c). Bersumber dari faktor kepribadian.

Keadaan frustrasi dari beberapa orang atau kelompok sosial tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk menimbulkan tingkah laku agresif. Para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih dominan disebabkan tipe­tiepe kepribadian orang-orang tertentu. Tipe authoritarian personality adalah sebagai ciri keperibadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan bersifat tertutup.

(d). Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.

Bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandangan politik, ekonomi dan ideologi. Prasangka yang berakar dari hal-hal tersebut di atas dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal. Beberapa diantaranya : Konflik Irlandia Utara-Irlandia Selatan, Konflik antara golonganb keturunan Yunani-Turki di Cyprus dan perang Iran-Irak berakar dari latar belakang adanya prasangka agama/kepercayaan agama. Perang Vietnam, pendudukan Afganistan oleh Uni Sovyet, konflik-konflik dilingkungan negara-negara Amerika Tengah dan Afrika lebih banyak bermotifkan ideologi, politik dan strategi politik global. Munculnva


kelompok-kelompok ekonomi, berdirinya fakta-fakta pertahanan seperti NATO atau SEATO adalah contoh-contoh jelas dan gamblang berakar dari adanya suatu prasangka dan adanya politik global dari negara-negara adikuasa.

1.2.DAYA UPAYA UNTUK MENGURANGI/MENGHILANGKAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASL

a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi.

Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial anatar si kaya dan si miskin.

Melalui pelaksanaan program-program pembangunan yang mantap yang didukung oleh lembaga-lembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD. Juga melalui program

Kredit Candak Kulak(KCK), Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), dan dalam sektor pertanian dengan program Intensifikasi Khusus(Insus), Proyek Perkebunan Inti Rakyat(PIR), Juga Proyek Tebu Rakyat diperkirakan golongan ekonomi lemah lambat laun akan dapat menikmati usaha-usaha pemerintah dalam perbaikan sektor perekonomian. Dengan begitu prasangka-prasangka ketidak adilan dalam sektor perekonomian antara kelompok kuat dan kelompok ekonomi lemah sedikit banyak dapat dikurangi dan akhirnya akan sirna. Pada sisi lain mereka yang tergolong dalam kelompok ekonomi kuat, harus selalu menyadari bahwa kesenjangan sosial yang berkepanjangan antara kelompok ekonomi kuat dengan kelompok ekonomi lemah yang mayoritas itu, akan menjadi titik rawan.

Oleh karena itu upaya pendekatan, rasa kebersamaan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara kelompok ekonomi kuat dengan kelompok masyarakat ekonomi lemah adalah usaha yang sungguh­sungguh bijaksana. Realisasi adanya bapak angkat dalam rangka kerja sama saling menguntungkan antara pemilik modal terbatas, sedikit banyak akan memperkokoh solidaritas sosial, memperkokoh rasa kebersamaan yang lebih akrab. Melalui usaha-usaha peningkatan perekonomian yang dilaksanakan melalui program-program pemerintah dan melalui usaha kerja sama antara pemilik modal kuat dengan pemilik modal terbatas, diperhitungkan bahwa pemerrataan pembangunan dan peningkatan pendapatan perkapita akan meningkat. Sejalan dengan itu diharapkan prasangka dan kesenjangan sosial antara kelompok ekonomi kuat dan kelompok ekonomi lemah lambat laun akan lenyap.

b. Perluasan kesempatan belajar.

Adanya usaha-usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.

Mengapa ? Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu di perguruan tinggi memang mahal, disamping itu harus memiliki kemampuan otak dan modal. Mereka akan selalu tercecar dan tersisih dalam persaingan memperebutkan bangku sekolah. Masih beruntung bagi mereka yang memi liki kemampuan otak. Jika dapat mencapai prestasi tinggi dan dapat dipertahankan secara konsisten, beasiswa yang aneka ragam itu dapat diraih dan kantongpun tidak akan kering kerontang. Dengan memberi kesempatan luas untuk mencapai tingkat pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali, prasangka dan perasaan tidak adil pada sektor pendidikan cepat atau lambat akan hilang lenyap.

c. Sikap terbuka dan sikap lapang.

Harus selalu kita sadari bahwa berbagai tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari dalam negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan negara dan bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah nilai yang melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya prasangka, diskriminasi, dan keresahan. Berbagai ideologi secara historis pernah mendapat tempat dan berkipra di republik ini, bukan mustahil akan mengambil manfaat kemajemukan kultur, sta­tus dan kelas masyarakat. Bukan mustahil kalau mereka memanfaatkan situasi berprasangka, resah, dan kemelut. Apalagi dalam suasana transisi masa satu asas, berbagai pengaruh dan kemungkinan itu tidak boleh diremehkan begitu saja. Sesungguhnya idealisme paham kebangsaan yang mencanangkan persatuan dar kemerdekaan, telah menumbuhkan sikap kesepakatan, solidaritas loyalitas yang tinggi. Dengan berbagai sikap unggul itu, diharapkan akan berkelanjutan dengan sikap saling percaya, saling menghargai, menghormati dan menjauhkan diri dari sikap berprasangka. Dilandasi dengan sikap-sikap tersebut di atas akan muncul sikap terbuka, sikap lapang, untuk menerima kritik, suatu makna dari perbedaan pendapat yang wajar dalam kemajemukan masyarakat Indonesia. Upaya menjalin komunikasi dua arah, karena masing-masing berniat membuka diri untuk berdialog antar golongan, antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina kesatuan dan persatuan bangsa, adalah suatu cara yang sungguh bijaksana.

2. ETNOSENTRISME

Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki ciri khas kebudayaan, yang sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai­nilai yang terkandung dan tersirat dalam kebudayaan tersebut.

Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah ssesuatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebaginya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai sesuatu yang kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya. Hal-hal tersebut di atas dikenal sebagai ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme nampaknya merupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakan kecendrungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang­orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Kekuatan Kata-Kata

Mark Twain mengungkapkannya dengan sangat indah ketika mengatakan "Udara sangat dingin, sehingga jika termometer ini lebih panjang satu inci saja, kita pasti akan mati membeku". Kita memang akan mati beku dalam kata2. Yang menjadi persoalan bukanlah suhu dingin yang ada diluar, tetapi termometer. Yang menjadi persoalan bukanlah realitas, tetapi kata-kata yang anda ucapkan pada diri anda mengenai realitas itu.

Saya pernah mendengar cerita yang menarik mengenai seorang petani di Finlandia. Ketika garis batas antara Finlandia dan Rusia sedang ditentukan, petani itu harus memutuskan apakah dia ingin berada di Finlandia atau di Rusia. Setelah memikirkan cukup lama, dia memutuskan untuk berada di Finlandia, tetapi dia tidak ingin melukai perasaan pejabat Rusia. Pejabat Rusia itu datang kepadanya dan bertanya mengapa dia ingin berada di Finlandia. Petani itu menjawab,"Sudah merupakan kerinduanku sejak dulu untuk tinggal ditanah tumpah darahku Rusia, tetapi pada usiaku yang sudah lanjut seperti ini, aku tidak dapat bertahan menghadapi musim dingin di Rusia."

Rusia dan Finlandia hanyalah kata-kata, konsep, tetapi tidak demikian halnya bagi manusia, tidak bagi manusia yang gila, yang menganggap kata-kata dan konsep itu sama dengan realitas. Kita hampir tidak pernah melihat realitas.

Suatu saat seorang guru berusaha untuk menjelaskan kepada muridnya bagaimana orang2 bereaksi terhadap kata2, menelan kata2, hidup dalam kata2, ketimbang dalam realitas. Salah seorang murid itu berdiri dan mengajukan protes, dia berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapat anda bahwa kata2 mempunyai efek yang begitu besar terhadap diri kita." Guru itu berkata," Duduklah, ANAK HARAM."

Muka murid itu menjadi pucat karena marah dan berkata," Anda menyebut diri Anda sebagai orang yang sudah mengalami pencerahan, seorang guru, seorang yang bijaksana, tetapi seharusnya Anda malu dengan diri Anda sendiri."

Kemudian Guru itu berkata, "Maafkan saya, saya terbawa perasaan. Saya benar2 mohon maaf, itu benar2 di luar kesadaran saya, saya mohon maaf." Murid itu akhirnya menjadi tenang.

Kemudian Guru berkata lagi,"HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA UNTUK MEMBANGKITKAN KEMARAHAN DALAM DIRI
ANDA; DAN HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA UNTUK MENENANGKAN DIRI ANDA, BENAR BUKAN?" (Center For Better Education)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

AGAMA DAN MASYARAKAT

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat
mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.

Membicarakan peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sudah tentu hubungannya erat, memiliki aspek-aspek yang terpelihara. Yaitu pengaruh dari cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas sosial dan grup sosial, perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup kebiasaan dan cara semua unsur asing agama diwarnainya. Yang lainnya juga menyangkut organisasi dan fungsi dari lembaga agama sehingga agama dan masyarakat itu berwujud kolektivitas ekspresi nilai-nilai kemanusiaan,

yang mempunyai seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu (way of life) dengan kepercayaan dan taat kepada agamanya. Agama sebagai suatu sistem mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap sifat faham, ritus, dan upacara, serta umat atau kesatuan sosial yang terikat terhadap agamanya. Agama dan masyarakat dapat pula diwujudkan dalam sistem simbol yang memantapkan peranan dan motivasi manusianya, kemudian terstrukturnya mengenai hukum dan ketentuan yang berlaku umum, seperti banyaknya pendapat agama tentang kehidupan dunia seperti masalah keluarga, bernegara, konsumsi, produksi, hari libur, prinsip waris, dan sebagainya.

Peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-hal yangnormatif atau menunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan.

Karena latar belakang sosial yang berbeda dari masyarakat agama, maka masyarakat akan memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kebutuhan dan pandangan kelompok terhadap prinsip keagamaan berbeda-beda, kadang kala kepentingannya dapat tercermin atau tidak sama sekali. Karena itu kebhinekaan


kelompok dalam masyarakat akan mencerminkan perbedaan jenis kebutuhan keagamaan. Timbul hubungan dua arah, tidak hanya kondisi sosial solo yang menyebabkan lahir dan menyebarnya ide serta nilai-nilai, tetapi bila ide dan nilai itu telah terlembaga, maka akan mempengaruhi tindakan manusia. Karena itu perlu mempelajari pengaruh struktur sosial terhadap agama, dan juga perlu mempelajari pengaruh agama terhadap struktur sosial.

Dalam proses sosial, hubungan nilai dan tujuan masyarakat relatif harus stabil dalam setiap momen. Bila terjadi perubahan dan pergantingan bentuk sosial serta kultural, hancurnya bentuk sosial dan kultural lama, masyarakat dipengaruhi oleh berbagai perubahan sosial. Setiap kelompok berbeda dalam kepekaan agama dan cara merasakan titik kritisnya. Dalam kepekaan agama berbeda tentang makna, dan masing-masing kelompok akan menafsirkan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Demikian pula berbeda tingkatan merasakan "titik kritis" dalam ketidak pastian, ketidak budayaan, dan kelangkaan untuk masing-masing kelompok.

Salah satu kasus akibat tidak terlembaganya agama adalah "anomi", yaitu keadaan disorganisasi sosial di mana bentuk sosial dan kultur yang telah mapan menjadi ambruk. Hal ini, pertama, disebabkan oleh hilangnya solidaritas apabila kelompok lama di mana individu merasa aman dan responsif dengan kelompok tersebut cenderung ambruk. Kedua, hilangnya konsensus atau tumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai dan norma (bersumber dari agama) yang memberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok.

Di camping ada gerakan yang menawarkan nilai-nilai dan solidaritas baru, ada juga tampil pola-pola sosial untuk mencari jalan keluar dari pengalaman yang mengecewakan anomi, menentang sumber yang nyata dan mencoba mengambil upaya pelarian yang telah disediakan oleh situasi, seperti narkotika, alkohol, kelompok hippies, komunikasi nonverbgal, dan upaya pelarian lainnya. Keadaan demikian menimbulkan rangsangan dan kepekaan kelompok agama untuk mempermasalahkan masyarakat dan mendapatkan makna baru berupa gerakan menawarkan nilai dan solidaritas baru yang bersifat keagamaan meskipun, dalam kenyataannya, kaitan agama dengan masyarakat dapat merupakan daya penyatu (sentripetal) atau mungkin berupa daya pemecah (sentrifugal).

1. FUNGSI AGAMA

Untuk mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian. Ketiga aspek tersebut merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan, sejauh mana fungsi lembaga agama dalam memelihara sistem, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan sebagai suatu sistem, dan sejauh manakah agama dalam mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Pertanyaan itu timbul sebab, sejak dulu sampai saat ini, agama itumasih ada dan mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.

Sebagai kerangka acuan penelitian empiris, teori fungsional memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang seimbang. Manusia mementaskan dan menolakan kegiatannya menurut norma yang berlaku umum, peranan serta statusnya. Lembaga yang demikian kompleks ini secara keseluruhan merupakan sistem sosial, di mana setiap unsur dari kelembagaan itu saling tergantung dan menentukan semua unsur lainnya. Perubahan salah satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya, dan akhirnya mempengaruhi kondisi sistem keseluruhan. Dalam pengertian lembaga sosial yang demikian, maka agama merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang telah terlembaga.

Teori fungsional dalam melihat kebudayaan pengertiannya adalah, bahwa kebudayaan itu berwujud suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sistem sosial yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain, setiap saat mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, bersifat kongkret terjadi di sekeliling. Dalam hal ini kebudayaan menentukan situasi dan kondisi bertindak, mengatur dengan sistem sosial berada dalam batasan sarana dan tujuan, yang dibenarkan dan yang dilarang. Kemudian agama dengan referensi transendensi merupakan aspek penting dalam fenomena kebudayaan sehingga timbul pertanyaan, apakah posisi lembaga agama terhadap kebudayaan merupakan suatu sistem.

Manusia yang berbudaya menganut berbagai nilai, gagasan, dan orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku, bertindak dalam konteks terlembaga dalam lembaga situasi, di mana peranan dipaksakan oleh sanksi positif dan negatif, menolakan penampilannya, tetapi yang bertindak, berpikir dan merasa adalah individu.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana masalah fungsional dalam konteks teori fungsional kepribadian, dan sejauh mana agama mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Kepribadian dalam hal ini merupakan suatu dorongan, kebutuhan yang kompleks, kecenderungan


bertindak, dan memberikan tanggapan serta nilai dan sebagainya yang sistematis. Kepribadian sudah terpola melalui proses belajar dan atas otonominya sendiri. Sebagai ilustrasi sistem kepribadian adalah Id, Ego, dan Superego yang ada dalam situasi yang terstruktur secara sosial.

Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab sosial yang dominan dalam terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama, dan termasuk konflik sosial. Agama dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab kebutuhan mendasar yang dapat dipenuhi kebutuhan nilai-nilai duniawi. Tetapi tidak menguntik hakikat apa yang ada di luar atau referensi transendental (istilah Talcott parsons).

Aksioma teori fungsional agama adalah, segala sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya, karena agama sejak dulu sampai saat ini masih ada, mempunyai fungsi, dan bahkan memerankan sejumlah fungsi. Teori fungsionalis agama juga memandang kebutuhan "sesuatu yang mentransendensikan pengalaman" (referensi transendental) sebagai dasar dari karakteristik dasar eksistensi manusia meliputi : Pertama, manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian; hal penting bagi keamanan dan kesejahteraan manusiaberada di luar jangkauannya. Kedua, kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi kondisi hidupnya terbatas, dan pada titik dasar tertentu kondisi manusia dalam kaitan konflik antara keinginan dengan lingkungan ditandai oleh ketidak berdayaan. Ketiga, manusia harus hidup bermasyarakat, di mana ada alokasi yang teraturdari berbagai fungsi, fasilitas, dan ganjaran. Ini mencakup pembagian kerja dan produk. Dalam hal ini tentu masyarakat diharuskan berada dalam kondisi imperatif, yakni ini ada suatu tingkat superordinasi dan subordinasi dalam hubungan manusia. Kelangkaan ini menimbulkan perbedaan distribusi barang dan nilai, dengan demikian menimbulkandeprivasi relatif.

Jadi, seorang fungsionalis memandang agama sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan; dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur-unsur tersebut.

Sumbangan agama terhadap pemeliharaan masyarakat ialah memenuhi sebagian di antara kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh ialah dalam sistem kredit (masalah ekonomi), di mana sirkulasi sumber kebudayaan dari suatu sistem ekonomi bergantung kepada, apakah manusia satu sama lain dapat saling menaruh kepercayaan, bahwa mereka akan memenuhi kewajiban bersama di bidang keuangan (janji sosial mereka untuk membayar). Dalam hal ini agama membantu mendorong terciptanya persetujuan dan kewajibansosial, dan memberikan kekuatan memaksa memperkuat atau mempengaruhi adat-istiadat.

Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi­sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.

Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.

Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya "moralisasi" anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati clan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang tidak senonoh dan mengacau, tidaklah berdansa, tidak minum-minuman keras, dan tidak berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.

Masalah fungsionalisme agama dapat dianalisis lebih mudah pada komitmen agama. dimensi komitmen agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.

a. Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa is akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama.

b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata. Ini menyangkut, pertama, ritual, yaitu berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius formal, dan perbuatan mulia. Kedua, berbakti tidak bersifat formal dan tidak bersifat publik serta relatif spontan.

c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun singkat, dengan suatu perantara yang supernatural.

d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.

e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

c. Masyarakat-masyarakat Industri Sekular

Masyarakat industri bercirikan dinamika dan semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan sendiri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama. Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas, sering kali dengan pengorbanan lingkungan yang sakral. Watak masyarakat sekular, menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan­kebiasaan agama peranannya sedikit.

Pada umumnya kecenderungan sekularisasi mempersempit ruang gerak kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang terbatas pada aspek yang lebih kecil dan bersifat khusus dalam kehidupan masyarakat dan anggota-anggotanya.

Pernyataan di atas menimbulkan pertanyaan, apakah masyarakat sekular akan mampu secara efektif mempertahankan ketertiban umum tanpa kekerasaninstitusional apabila pengaruh agama telah semakin berkurang. Barangkali agama akan bereaksi terhadap institusionalisme, impersonalitas, dan birokrasi masyarakat modern yang semakin bertambah. Akan tetapi bukanagama yang menerima nilai-nilai institusionalisme baru, melainkan agama yang bersifat aliran-aliran.

2. PELEMBAGAAN AGAMA

Agama begitu universal, permanen (langgeng), dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah, apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama.

Dimensi ini mengindentifikasi pengaruh-pengaruh kepercayaan, praktek, pengalaman, dan pengeta huan keagamaan di dalam kehidupan sehari-hari. Terkandung makna ajaran "kerja" dalam pengertian teologis.

Dimensi keyakinan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan dapat diterima sebagai dalil atau dasar analitis, namun hubungan-hubungan antara keempatnya tidak dapat diungkapkan tanpa data empiris.

Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954).

a. Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral

Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain. Sifat-sifatnya :

1) Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem nilai masyarakat secara mutlak.

2) Dalam keadaan lembaga lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini nilai-nilai agama sering meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan.

b. Masyarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang.

Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekular itu sedikit­banyaknya masih dapat dibedakan. Fase-fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu. Di lain pihak, agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadap aktivitas sehari-hari; agama hanya memberikan dukungan terhadap adat-istiadat, dan terkadang merupakan suatu sistem tingkah laku tandingan terhadap sistem yang telah disahkan. Nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat menempatkan fokus utamanya pada pengintegrasian kaitan agama dengan masyarakat. Tugas ini tidak mudah sebab agama lebih tahan terhadap kajian ilmiah dibandingkan dengan adat dan kebiasaan. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu pandangan yang emosional dan fikiran yang bias (rational bias).

Kebiasaan pandangan emosional ini akibat agama dengan segala sifatnya melibatkan nilai-nilai dasar yang menyebabkan agama itu hampir tidak mungkin dipandang dengan sikap yang netral. Pengamat biasanya sampai pada kesimpulan, bahwa agama bersifat mengelabui pikiran dan terbelakang, atau menyimpulkan agama bagi penganutnya terbaik dan tertinggi. Bila pengamat tadi menguraikannya secara ilmiah, maka is akan memperlihatkan pandangan yang sifatnya menyalahkan atau membenarkan.

Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan ilmiah biasanya akan mengacu dan berpedoman pada tingkah laku yang sifatnya ekonomi s dan teknologis, dan tentu kurang baik. Karena dalam tingkah laku unsur rasional akan lebih banyak, dan bila dikaitkan dengan agama yang melibatkan unsur-unsur pengetahuan di luar jangkauan manusia (transendental), seperangkat simbol dan keyakinan yang kuat, hal ini nampaknya keliru.

Bila sifat rasional penuh dalam membahas agama yang ada pada manusia, maka berarti bersifat nonagama. Karena itu pendekatan dalam memandang agama hanya sebagai suatu gejala (fenomena) atau kejadian. Ilmuwan yang menganut pandangan ini, juga akhirnya kecewa mengetahui adanya manusia dengan sifat nonrasional mutlak atau terus­menerus nonrasional. Akhirnya ilmuwan akan kembali kepada interpretasi biologis, yang menganggap bahwa agama adalah ungkapan perasaan yang bersifat naluri (instink). Sebenarnya pandangan ini sama kelirunya karena tingkah laku agama (menurut penganut pada agama ini) sifatnya tidak rasional, dan kesimpulannya harus berdasarkan naluri. Justru sebenarnya tingkah laku agama yang sifatnya tidak rasional ini memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Agama melalui wahyunya atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia guna memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan selamat di akhirat, di dalam perjuangannya tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan.

Bermula dari para ahli agama yang mempunyai pengalaman agama dan adanya fungsi deferensiasi internal dan stratifikasi yang ditimbulkan oleh perkembangan agama, maka tampillah organisasi keagamaan yang terlembaga dan fungsinya adalah mengelola masalah keagamaan. Adanya organisasi keagamaan ini, meningkatnya pembagian kerja dan spesifikasi fungsi, memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan ekspresif dan adatif.

Pengalaman tokoh agama dan juga merupakan pengalaman kharismatik, akan melahirkan suatu bentuk perkumpulan keagamaan, yang kemudian menjadi organisasi keagamaan terlembaga. Pengunduran diri atau kematian figur kharismatik, akan melahirkan krisis kesinambungan. Analisis yang perlu adalah mencoba memasukkan struktur dan pengalaman agama, sebab pengalaman agama, apabila dibicarakan, akan terbatas pada orang yang mengalaminya. Hal penting adalah mempelajari "wahyu" atau kitab sucinya, sebab lembaga keagamaan itu sendiri merupakan refleksi dari pengalaman ajaran wahyunya.

Lembaga-lembaga keagamaan pada puncaknya berupa peribadatan, pola ide-ide dan keyakinan-keyakinan, dan tampil pula sebagai asosiasi atau organisasi. Misalnya pada kewajiban ibadah haji dan munculnya organisasi keagamaan.

Lembaga ibadah haji dimulai dari terlibatnya berbagai peritiwa. Ada nama-nama penting seperti Adam, Ibrahim, Hajar, dan juga syetaan; tempatnya adalah Masjidil-Haram, Mas'a, Arafah, Masy'ar, Mina, dan Ka'bah yang merupakan simbol penting; ada peristiwa kurban, pakaian ihram, dan sebagainya. Adam dan Hawa dalam keadaan terpisah, kemudian keduanya berdoa: "Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscayalah kami termasuk orang-orang yang merugi." (al­Araf: 23) Setelah itu allah memerintahkan Adam untuk ibadah haji (pergike sesuatu untuk mengunjunginya). Tatkala sampai di suatu tempat (Arafah = tahu, kenal), maka bertemulah ia dengan Hawa setelah diusir dari surga. Sebab itu dalam haji ada ketentuan wukuf (singgah). Nama Ibrahim selalu dikaitkan dengan Ka'bah sebagai pusat rohani agama Islam (kiblatnya agama Islam). Pada suatu peristiwa Allah memerintahkan Jibril membawa Ibrahim, Siti Hajar (istrinya), dan Ismail (putranya) yang masih kecil ke Makkah dari Palestina. Di suatu tempat, Ibrahim atas perintah Allah supaya meninggalkan istrinya. Hajar, dan anaknya, Ismail. Sepeninggalnya, Ismail menangis minta air. Tentu saja Hajar menjadi gelisah, maka ia lari mencari air ke bukit Shafa dan Marwa tujuh kali. Setelah itu, dengan kuasa tuhan, memancarlah air dari dekat kaki Ismail. Sebab itu dalam rukun haji ada sa'yi (berlari kecil). Hajar merupakan lambang itu yang bertanggung jawab, tidak pasrah, perjuangan fisik, dan meniadakan diri tenggelam ke dalam samudera cinta. Kurban dikaitkan resmi dengan ibadah haji. Lembaga ini berhubungan dengan sejarah rohani Ibrahim setelah ada perintah allah untuk menyembelih anaknya, Ismail, untuk menguji kesempurnaan tauhidnya (monoteisme). Sewaktu akan penyembelihan akan dilaksanakan, syetan sempat mengoda Ibrahim, agar hajar dan Ismail tidak melaksanakan perintah penyembelihannya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, sewaktu ibadah haji diwajibkan melempar dengan batu (jumrah). Sewaktu Ismail akan disembelih oleh Ibrahim, ternyata oleh allah ia diganti dengan seekor gibas (domba) jantan. firman Allah: "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan pergi ke sana. Barang siapa yang kafir (terhadap kewajiban haji), maka bahwasanya Allah Mahakuasa (tidak memerlukan sesuatu dari alam semesta)," (Al-quran 3:97). Jadi, kewajiban tersebut esensinya adalah evolusi manusia menuju allah dengan pengalaman agama yang penting. Mengandung simbolis dari filsafat "penciptaan Adam", "sejarah", "keesaan", "ideologi Islam", dan "ummah".

Organisasii keagamaan yang tumbuh secara khusus semula dari pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi, kemudian menjadi organisasi keagamaan yang terlembaga. Muhammadiyah, sebuah organisasi sosial Islam yang penting, dipelopori oleh pribadi Kiai Haji ahmad Dahlan yang menyebarkan pemikiran Muhammad Abduh dari Tafsir Al-Manar. ayat suci al-quran telah memberi inspirasi kepada Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Salah satu motto-nya ialah, bahwa Muhammadiyah dipandang sebagai "segolongan dari kaum" mengajak kepada kebaikan, mencegah perbuatan jahat (amar ma'ruf nahi' anilmunkar). Organisasi agama ini tidak lepas dari tokoh kharismatik Dahlan (di Indonesia) dan Abduh yang memikat Dahlan, terutama dalam praktek lahiriah dan pembaharuan pemikiran (ijtihad) menyangkut masalah fun­damental masyarakat dan umat Islam. Demikian pula nadlatul Ulama (NU), yang artinya "kebangkitan ulama", menekankan keterikatan pada mazhab Sjafii, dan mengimbangi golongan pembaharu. Semula organisasi ini tidak mempunyai anggaran dasar (tahun 1926), baru setelah tahun 1927 organisasi ini dirumuskan. Kegiatannya, selain tertib beragama, juga memperbaiki kehidupan sosial masyarakat.

Dari contoh sosial, lembaga keagamaan berkembang sebagai pola ibadah, pola ide-ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil sebagai bentuk asosiasi atau organisasi. Pelembagaan agama puncaknya terjadi pada tingkat intelektual, tingkat pemujaan (ibadat), dan tingkat organisasi.

Tampilnya organisasi agama adalah akibat adanya "perubahan batin" atau kedalaman beragama, mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan, dan sebagainya. Agama menuju ke pengkhususan fungsional. Pengaitan agama tersebut mengambil bentuk dalam berbagai corak organisasi keagamaan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments